MAKALAH JARINGAN
Peer to Peer & Client Server
Disusun
Oleh:
Nama
: Anita Sari
NIS
: 114037
Kelas/
Jurusan : XI TKJ 1
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) YP 17 CILEGON
BANTEN
2015 – 2016
Jaringan Peer
to Peer
1. Pengantar
Jaringan P2P (peer-to-peer)
telah lahir dan berkembang secara dramatis seiring meledaknya teknologi
informasi dan komunikasi. Di abad internet saat ini, para netter tentu
sudah pasti tidak asing lagi dengan nama Gnutella, Kazaa, atau Napster. Ketiga
nama ini merupakan contoh jelas dan sederhana untuk menggambarkan betapa
hebatnya sebuah jaringan yang bersifat “persahabatan/pertemanan”.
Gebrakan awal teknologi ini dipelopori oleh Usenet News Servers yang
banyak didominasi/diisi dengan newsgroup. Tom Truscott dan Jim
Ellis, dua mahasiswa yang membuat aplikasi untuk Usenet, mungkin
tidak akan menyangka kalau aplikasi yang dulu mereka buat kini telah mampu
mengubah paradigma manusia tentang banyak hal. Salah satunya adalah mengenai
hak cipta (copyright), yang sampai sekarang masih menjadi polemik dunia
industri musik di Amerika Serikat. Jadi, jika ada netter yang buta
tentang teknologi ini, mungkin dia termasuk orang yang telah tidur selama 9
bulan di atas kasurnya tanpa pernah membuka mata sedetik pun. Ini adalah
sindiran Todd Sundsted, Chief Architect dari PointFire, Inc. yang
menulis artikel di situs IBM tentang teknologi sederhana nan mengagumkan ini.
2. Sejarah Singkat Peer to Peer
Tahun 1979, Usenet, sebuah aplikasi terdistribusi (baca: tidak
tersentralisasi/ distributed) yang dibuat oleh Tom Truscott dan Jim
Ellis, lahir di Amerika Serikat. Aplikasi ini umumnya melayani penggunanya
dengan newsgroup. Pada tahun-tahun itu, dunia belum mengenal dan mampu
menikmati layanan internet sebaik dan secepat seperti saat ini. Umumnya,
berkas-berkas yang berada di dalam komputer milik pengguna usenet dipertukarkan
dalam bentuk batch files (berkas yang berisi data yang diproses atau
ditransmisikan mulai dari awal hingga akhir). Biasanya, para pengguna
saat itu saling bertukar data di malam hari
yang larut. Itu adalah waktu di sebuah negara besar ketika jalur telepon untuk
SLJJ (sambungan langsung jarak jauh) sedang sepi. Akibatnya, tidak ada cara
yang efektif untuk membuat fungsi aplikasi ini menjadi tidak terdistribusi.
Dengan kata lain, aplikasi ini tetap menjadi aplikasi yang tidak memiliki pusat
kendali (server). Bahkan hingga hari ini.
Aplikasi P2P generasi awal lain yang sukses
dan populer adalah FidoNet. Laiknya Usenet, FidoNet juga digunakan
secara terdistribusi. Aplikasi ini dibuat oleh Tom Jennings pada tahun
1984 sebagai cara untuk bertukar pesan diantara pengguna-penggunanya yang
memiliki BBS (Bulletin Board System) yang berbeda.
Baik Usenet maupun FidoNet dapat menjadi
contoh betapa hebatnya teknologi P2P. Sampai detik ini, keduanya masih lestari.
Uniknya, sekarang keduanya sudah tidak sendiri lagi. “Cucu-cucu” mereka sudah
lahir dan ikut menggebrak dunia maya. Sebut saja Gnutella, Kazaa, Napster, dsb.
3. Pengertian
Peer to Peer
Jaringan
komputer Peer to Peer termasuk sebuah cabang (subset) dari
bidang komputasi terdistribusi. Namun komputasi terdistribusi sendiri bukanlah
cabang dari Peer to Peer. Sebutan “peer-to-peer” mengisyaratkan sebuah
hubungan kesetaraan (egalitarian relationship) diantara para peer (baca:
pengguna satu dengan yang lainnya). Dan yang terpenting, hubungan ini haruslah
menghasilkan interaksi langsung antara komputer pengguna yang satu dengan
komputer pengguna lainnya. Tanpa embel-embel ada komputer yang berstatus
sebagai client dan berstatus sebagai server.
Secara teknis, jaringan P2P (peer-to-peer)
adalah sebuah jaringan yang memungkinkan semua komputer dalam lingkungannya
bertindak/berstatus sebagai server yang memiliki kemampuan untuk
mendistribusikan sekaligus menerima berkas-berkas atau sumber daya (resource)
yang ada dalam komputer mereka ke komputer lainnya.
Jaringan bertipe ini sangat banyak dijumpai
di kantor-kantor yang tidak membutuhkan sebuah sentral pengaturan laiknya
jaringan client-server. Di internet, jaringan P2P hidup dan berkembang
melalui aplikasi-aplikasi populer seperti Napster dan Gnutella.
4. Klasifikasi
Peer to peer
Berdasarkan
tingkat/derajat sentralisasinya, jaringan P2P terbagi ke dalam 2 tipe, yakni:
a.
Peer to Peer Murni (Pure Peer to Peer), dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
➢ Masing-masing peer berstatus setara (egaliter),
setiap peer berstatus sebagai client juga server.
➢ Tidak ada server pusat yang mengatur jaringan.
➢ Tidak ada router yang menjadi pusat jaringan.
b.
Peer to Peer Hybrid (Hybrid Peer to Peer), dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
➢ Mempunyai server pusat yang memantau dan
menjaga informasi yang berada di setiap peer sekaligus merespon peer ketika
ada yang meminta informasi itu.
➢ Setiap peer bertanggung jawab untuk menyediakan
resource yang tersedia. Hal ini terjadi karena server pusat tentu
diatur sedemikian rupa untuk tidak memilikinya. Selain itu, hal ini juga
dilakukan agar server pusat tersebut dapat mengetahui resource apa
saja yang akan didistribusikan di dalam jaringan.
➢ Ada router yang menjadi pusat jaringan.
5. Manfaat Peer
to Peer
Tujuan utama
dari jaringan Peer to Peer adalah agar semua peer dapat menyediakan
sekaligus memanfaatkan resource komputer, termasuk bandwith,
media penyimpanan, dan kemampuan komputasi yang ada di dalam jaringan tersebut.
Dengan demikian, ketika node-node (komputer-komputer) telah banyak terhubung
dan terjadi banyak permintaan terhadap sistem, kapasitas total yang dimiliki
oleh sistem juga akan meningkat. Hal ini merupakan kontraproduktif dengan apa
yang terjadi pada sistem client-server. Dalam sistem client-server,
bertambahnya client justru dapat menyebabkan melambatnya transfer data
di dalam sistem.
Sifat terdistribusi yang dimiliki oleh
jaringan P2P ini juga dapat meningkatkan kestabilan/kekokohan (robustness)
sistem dari kemungkinan kegagalan (system failure). Kestabilan ini
disebabkan oleh dua faktor. Pertama, adanya replikasi/penggandaan data yang
terjadi di antara para pengguna (peer). Kedua, dengan memanfaatkan resource
komputer peer itu sendiri untuk mencari data yang ada di dalam
jaringan tanpa mengandalkan satu resource komputer server saja.
6. Topologi
Jaringan Peer to Peer
Shuman
Ghosemajumder dalam makalahnya yang berjudul Advanced Peer-Based Technology
Business Models yang diterbitkan pada tahun 2002 membagi topologi jaringan P2P
ke dalam 2 tipe. Berikut tipe-tipe tersebut:
a. Centralized
Model
Model ini
adalah model yang digunakan oleh Napster. Semua peer (pengguna) akan
terhubung ke satu atau sekelompok (cluster) server. Server ini
berfungsi untuk memfasilitasi (baca: sebagai mediator) hubungan antara peer dalam
jaringan tersebut. Server tersebut dapat memainkan satu, dua atau ketiga peran
berikut ini:
➢ Discovery. Server yang memainkan peran ini akan meyimpan informasi tentang user yang
sedang terhubung ke dalam sistem sekaligus memungkinkan semua user untuk
mengetahui bagaimana cara menghubungi user tertentu yang sedang berada
di dalam jaringan.
➢ Lookup. Server
dengan peran lookup memiliki kemampuan server dengan peran discovery.
Hanya saja, server ini juga akan menyediakan mekanisme pencarian yang
tersentralisasi.
➢ Content Delivery. Dalam peran ini, peer akan meng-upload semua atau beberapa
data (content) milik mereka ke server pusat. Dengan cara ini,
proses transfer data menjadi relatif lebih cepat ketimbang dengan kedua model
peran sebelumnya. Dengan beberapa pertimbangan keadaan tentunya.
Gambar topologi model tersentralisasi dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini:
Model ini membutuhkan sebuah atau beberapa server
yang digunakan untuk melakukan beberapa tugas atau fungsi tertentu
b. Decentralized
Model
Model ini
akan membuat semua peer memiliki status dan fitur yang sama dalam sebuah
jaringan. Jadi, tidak akan ada server atau client di dalamnya.
Contoh aplikasinya adalah Freenet. Dalam model terdesentralisasi,
seorang peer tidak akan dapat mengetahui
jumlah peer
lainnya yang sedang terhubung di dalam jaringan. Selain itu, seorang peer
juga tidak akan dapat mengetahui alamat dari peer lain yang akan
dihubunginya. Satu lagi kekurangan model ini adalah bahwa peer tidak
dapat mengetahui isi (content) komputer milik peer lainnya yang
sedang tersedia dalam jaringan.
Meskipun begitu, model desentralisasi juga
memiliki kelebihan. Diantaranya berkaitan dengan masalah keamanan, baik itu
dilihat dari segi teknologi maupun hukum hak cipta. Dari segi teknologi, model
desentralisasi menguntungkan karena akan lepas dari kemungkinan satu serangan
tunggal yang dapat mematikan jaringan. Sedangkan dari segi hukum hak cipta,
meskipun masih menyisakan bias, model ini relatif lebih bebas dari jerat
undang-undang hak cipta karena content yang tersebar dalam jaringan
merupakan data yang hendak saling dipertukarkan. Bukan untuk dijual atau
dibajak.
7. Kesimpulan
Dari uraian
di atas kita dapat mengambil beberapa poin sebagai kesimpulan.
Berikut
poin-poin tersebut:
➢ Teknologi Peer to peer masih akan terus berkembang selaras dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
➢ Semakin besar jumlah user yang menjadi peer dalam sebuah
jaringan Peer to peer maka akan semakin bagus pula jaringan tersebut. Baik jika
dilihat dari sisi teknologi maupun sosial.
➢ Berdasarkan derajat sentralisasinya, Peer to peer terbagi ke dalam dua
bagian, yakni; Peer to peer Murni dan Peer to peer Hybrid.
➢ Masing-masing kategori Peer to peer memiliki kelemahan dan kelebihan
masing-masing. User dapat memilih kategori mana yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
➢ Keberadaan jaringan Peer to peer masih sering menimbulkan konflik dalam hal
hak cipta suatu karya intelektual. Terutama dalam dunia industri hiburan
seperti musik, TV dan film.
Jaringan Client Server
1. Pendahuluan
Pemanfaatan perangkat lunak berperan erat
bagi perkembangan di semua lini, baik itu institusi pendidikan, lingkungan
bisnis, maupun kalangan pribadi. Tentunya tidak berpulang dari penggunaan
perangkat lunak tersebut, sampai sejauh mana fungsinya dapat diberdayakan dan
seberapa besar biaya yang dibutuhkan untuk penerapannya. Pemilihan perangkat
lunak yang sejalan dengan kebutuhan harus benar-benar diperhatikan, karena itu
perencanan awal dimulai dengan mengindentifikasi kebutuhan di lingkungan yang
ada. Setelah proses identifikasi kebutuhan didaftarkan, kita dapat memilih
perangkat lunak seperti apa yang akan digunakan. Tulisan kali ini,
memperkenalkan salah satu bentuk client/server dengan mengambil contoh
penggunaan ”Web Server”, yang beroperasi di lingkungan GNU/Linux dan
penggunaan aplikasi client – browser. Pemilihan sengaja jatuh ke
lingkungan tak berbayar untuk memamfaatkan perangkat lunak tersebut, alias
proyek opensource.
Pemanfaatan web server menambah
khazanah pengembangan aplikasi web, seperti :
1. elearning,
2. egovernment,
3. ecommerce.
Pendistribusian informasi di satu layanan
dan penggunaan aplikasi client yang sungguh sangat mudah – hampir di
setiap perangkat keras (PC, PDA) sudah terdapat browser. Web server sebagai
pemberi pelayanan membutuhkan sistem operasi untuk menjalankan fungsinya.
Sehingga kemampuan sistem operasi menangani web server menjadi
perhatiannya. Yang tentunya komunikasi antar sistem operasi dengan aplikasi web
server harus dimengerti kedua unit. Semua itu tak terlepas dari
pengembangan model OSI (Open Systems Interconnection Reference)
dan TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) yang
memungkinkan komunikasi antar computer yang satu dengan lainnya, perangkat
keras, perangkat lunak client/ server tentu menggunakan kaedah
ini karena kaedah yang digunakan menjadi acuan para pengembang perangkat lunak
maupun perangkat keras (vendor). Lebih jauh daripada itu, sistem operasi
melakukan semua tugastugas penting dalam komputer, dan
menjamin aplikasiaplikasi yang berbeda dapat berjalan
secara bersamaan dengan lancar.
Sistem Operasi menjamin aplikasi software
lainnya dapat menggunakan memori, melakukan input dan output terhadap
peralatan lain, dan memiliki akses kepada sistem file. Apabila beberapa
aplikasi berjalan secara bersamaan, maka Sistem Operasi mengatur skedule yang
tepat, sehingga sedapat mungkin semua proses yang berjalan mendapatkan waktu
yang cukup untuk menggunakan prosesor (CPU) serta tidak saling
mengganggu. Dalam banyak kasus, sistem operasi menyediakan suatu pustaka dari
fungsi-fungsi standar, dimana aplikasi lain dapat memanggil fungsifungsi itu,
sehingga dalam setiap pembuatan program baru, tidak perlu membuat fungsifungsi
tersebut dari awal.
Sistem Operasi secara umum terdiri dari beberapa
bagian:
1. Mekanisme
Boot, yaitu meletakkan kernel ke dalam memory
2. Kernel,
yaitu inti dari sebuah Sistem Operasi
3. Command
Interpreter atau shell, yang bertugas membaca input dari pengguna
4.
Pustakapustaka, yaitu yang menyediakan kumpulan fungsi dasar dan standar yang
5. dapat
dipanggil oleh aplikasi lain
6. Driver
untuk berinteraksi dengan hardware eksternal, sekaligus untuk
mengontrol mereka. Sebagian Sistem Operasi hanya mengizinkan satu aplikasi saja
yang berjalan pada satu waktu, tetapi sebagian besar Sistem Operasi baru
mengizinkan beberapa aplikasi berjalan secara simultan pada waktu yang
bersamaan. Sistem Operasi seperti itu disebut sebagai Multitasking Operating
System. Beberapa Sistem Operasi berukuran sangat besar dan kompleks, serta
inputnya tergantung kepada input pengguna, sedangkan Sistem Operasi lainnya
sangat kecil dan dibuat dengan asumsi bekerja tanpa intervensi manusia sama
sekali. Tipe yang pertama sering disebut sebagai Desktop OS, sedangkan
tipe kedua adalah RealTime OS. Apache Web server dapat
berjalan di sistem operasi yang populer saat ini, seperti Windows, GNU,
Unix maupun Mac OS. Pemilihan GNU sendiri berdasarkan
beberapa pertimbangan pribadi seperti pengalaman dalam menggunakannya maupun
keandalan dari sistem
operasinya. Dengan menggunakan komputer sekelas desktop,
sistem operasi ini bisa berjalan dan berfungsi sebagai web server, dipermudah
dengan proses instalasi dengan pemilihan paketpaket server yang diinginkan – web
server.
2. Pengertian Client
Server
Client-Server adalah
arsitektur jaringan yang memisahkan client(biasanya aplikasi yang menggunakan
GUI ) dengan server. Masing-masing client dapat meminta data atau informasi
dari server.
Sistem client server
didefinisikan sebagai sistem terdistribusi, tetapi ada beberapa perbedaan
karakteristik yaitu :
a. Servis (layanan)
Ø Hubungan antara proses yang berjalan pada mesin yang berbeda
Ø Pemisahan fungsi berdasarkan ide layanannya.
Ø Server sebagai provider, client sebagai konsumen
b. Sharing resources (sumber daya)
Server bisa melayani beberapa client pada waktu yang
sama, dan meregulasi akses bersama untuk share sumber daya dalam menjamin konsistensinya.
c. Asymmetrical protocol (protokol yang tidak simetris )
Many-to-one relationship antara client dan server
.Client selalu menginisiasikan dialog melalui layanan permintaan, dan server
menunggu secara pasif request dari client.
d. Transparansi lokasi
Proses yang dilakukan server boleh terletak pada mesin
yang sama atau pada mesin yang berbeda
melalui jaringan.Lokasi server harus mudah diakses dari client.
e. Mix-and-Match
Perbedaan server client platforms
f. Pesan berbasiskan komunikasi
Interaksi server dan client melalui pengiriman
pesan yang menyertakan
permintaan dan jawaban.
g. Pemisahan interface dan implementasi
Server bisa diupgrade tanpa mempengaruhi
client selama interface pesan
yang diterbitkan tidak berubah.
Client Server System
Client / Server
Application
Perbedaan Tipe Client-Server
1. File Server
Ø File server vendors mengklaim bahwa mereka pertama menemukan istilah
client-server.
Ø Untuk sharing file melalui jaringan
2. Database Servers
Ø Client mengirimkan SQL requests sebagai pesan pada database server, selanjutnya
hasil perintah SQL dikembalikan
Ø Server menggunakan kekuatan proses yang diinginkan untuk menemukan data
yang diminta dan kemudian semua record dikembalikan pada client.
3. Transaction Servers (Transaksi Server)
Ø Client meminta remote procedures yang terletak pada server dengan sebuah
SQL database engine.
Ø Remote procedures ini mengeksekusi sebuah grup dari SQL statement
Ø Hanya satu permintaan / jawaban yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi
4. Groupsware Servers
Ø Dikenal sebagai Computer-supported cooperative working
Ø Manajemen semi-struktur informasi seperti teks, image, bulletin board dan
aliaran kerja.
Ø Data diatur sebagai dokumen
5. Object Application Servers
Ø Aplikasi client/server ditulis sebagai satu set objek komunikasi
Ø Client objects berkomunikasi dengan server objects melalui Request Broker
(ORB)
Ø Client meminta sebuah method pada remote object
6. Web Application Servers (Aplikasi Web Servers)
Ø World Wide Web adalah aplikasi client server yang pertama yang digunakan
untuk web.
Ø Client dan servers berkomunikasi menggunakan RPC seperti protokol yang disebut
HTTP.
3. Penutup
Pemanfaatan komunikasi client/server dalam
hal jasa layanan berbasis web, akan terus berkembang. Dengan demikian
pemilihan aplikasi server dan sistem operasi menjadi perhatian utama. Dengan
adanya permintaan yang bersamaan (concurrentrequest) dari client.
Aplikasi web server harus mampu menanganinya dengan benar – sejalan
dengan kemampuan sistem operasi mengatur penggunaan daya (resources)
komputer terhadap aplikasi web server itu. Dengan demikian proses
terhadap permintaan yang ditujukan ke server menghasilkan permintaan yang benar
di sisi client.
Referensi :
https://www.google.com/search?q=Model+Peer+to+peer+tersentralisasi&biw=1366&bih=670&tbm=isch&source=lnms&sa=X&ved=0ahUKEwjjq9z34NPLAhUDWo4KHaVAAxwQ_AUIBygC#tbm=isch&q=6.%09Web+Application+Servers+%28Aplikasi+Web+Servers%29&imgrc=_